Jumaat, 9 November 2018
CERITA MISSION DEWASA SABAT KE-7, 17 NOVEMBER 2018
CERITA MISSION DEWASA
SABAT KE-7, 17 NOVEMBER 2018
KESEMBUHAN MELALUI JERUK NIPIS
Oleh : Ceren Wuysan, 27 Tahun
Indonesia
Mintalah seorang pemuda untuk menceritakan kisah ini dalam bahasa orang pertama.
Pesawat misi itu menurunkan saya dan rakan saya di kaki pergunungan Papua, Indonesia.
Kami pergi ke sebuah bandar untuk berbelanja keperluan di minit-minit terakhir sebelum mendaki pergunungan itu untuk melakukan tugas kami sebagai misionaris. Kami tidak memiliki banyak wang, tetapi kami mencari apa yang kami perlukan di pasar induk: Satu bakul jeruk nipis hijau. Kami menyukai jeruk nipis, dan kami tahu bahawa kami tidak akan menemukannya di atas bukit.
Dua minggu kemudian, kami sudah berada di kampung pergunungan Tinibil, dan kami belum tahu bagaimana cara mewartakan Yesus di sana. Kami menerima latihan dari 1000 Missionary Movement, yang mengirim kami ke kampung itu, tetapi kami tidak dapat menemukan cara bagaimana untuk membuat penduduk kampung itu tertarik kepada Injil.
Kami ingat bahawa jika kami tidak tahu apa yang harus dilakukan, kami diajarkan untuk berdoa. Jadi, kami pun berdoa.
Pada suatu hari saat kami mendaki menyusuri kampung-kampung itu, seorang lelaki dari kampung tempat kami menginap meminta kami untuk melihat saudaranya yang buta, bernama Marius. Kami pergi ke rumah Marius dan bertanya kepadanya apakah yang menyebabkannya buta dua tahun yang lalu.
"Saya tidak tahu," katanya, sambil menggelengkan kepala. "Kejadiannya begitu mendadak."
Tapi orang lain di kampung itu tidak ragu-ragu mengenai penyebab kebutaan itu. Mereka menyalahkan roh-roh jahat.
Marius dan keluarganya meminta pertolongan. Mereka meminta ubat dan doa.
Saya dan rakan saya tidak tahu bagaimana harus bertindak. Kami kembali ke rumah tempat kami menginap dan berdoa: "Tuhan, jika ini adalah jalan untuk memulai pekerjaan misi ini, tolong lakukan sebuah mukjizat."
Kami teringat akan bakul berisi jeruk nipis yang kami beli di bawah bukit. Kami bukan doktor, tetapi kami tahu bahawa jeruk nipis boleh digunakan dalam perubatan. Maka kami membawa jeruk nipis ketika berkunjung ke rumah Marius pada keesokan harinya.
Kami memotong jeruk nipis itu menjadi dua dan berdoa. Kemudian kami membubuhkan beberapa titis air perahan jeruk nipis itu ke mata Marius. Lalu kami kembali berdoa.
Kami melakukan hal ini setiap pagi dan petang selama seminggu. Tidak ada sesuatu pun yang terjadi, dan kami hampir berputus asa. Tetapi setelah masuk minggu kedua, Marius memberitahu kami bahawa dia dapat melihat cahaya untuk pertama kalinya dalam dua tahun ini. Kami pun bersemangat dan berdoa lebih giat lagi.
Satu bulan berlalu, dan pada suatu hari Marius mengatakan bahwa dia dapat melihat sedikit.
Pada hari yang sama, kami kehabisan jeruk nipis. Kami tidak memaklumkan kepada Marius bahawa kami tidak memiliki jeruk nipis lagi. Kami hanya memberitahunya: "Mulai sekarang, kita akan melakukan terapi yang baru. Kita hanya berdoa saja."
Beberapa minggu kemudian, kami tiba di sana menyaksikan Marius berjalan-jalan di dekat rumahnya. Dia berjalan disekeliling dengan bebas. Dia sudah dapat melihat. Marius memberitahukan kepada kami bahawa penglihatannya belum sempurna tetapi dia sudah mampu melihat untuk dapat menjalani kehidupan normal.
Marius sangat bersukacita, dan dia memberitahukan hal ini kepada penduduk kampung yang lain bahawa Yesus telah mengembalikan penglihatannya dengan mengalahkan roh-roh jahat.
Hal ini membuka pintu bagi kami untuk memberitakan Injil. Berita tentang mukjizat itu tersebar di pergunungan itu, dan orang mulai meminta kami untuk didoakan dan diubati. Mereka ingin sangat untuk memanggil kami "pendeta" dan "doktor," walaupun kami bukanlah pendeta atau pun doktor. Mereka ingin belajar Alkitab. Ini adalah sebuah jawaban doa. Tujuh orang dibaptis.
Terima kasih untuk persembahan misi Anda yang membantu penyebaran Injil di sudut-sudut terpencil di dunia, bahkan ke atas sebuah bukit di Indonesia.
Tips Cerita :
Ceren melayani sebagai misionaris pada tahun 2016. Dia sekarang menjadi mahasiswa teologi di Universitas Klabat dekat Manado, Indonesia.
Jangan mencuba di rumah untuk mengubati mata dengan air jeruk nipis.
Pos Misi :
- Gereja Seventh-Day Adventist di Indonesia dibahagikan menjadi Uni Indonesia Kawasan Timur, dengan pejabat pusat di Sulawesi, dan Uni Indonesia Kawasan Barat, dengan pejabat pusat di Jakarta.
- Karya Advent di Indonesia bermula pada tahun 1900, ketika R.W. Munson, yang dahulunya adalah misionaris untuk gereja lain di Singapura, memulai sebuah karya misi di Padang, di sisi barat pantai Sumatera. Orang pertama yang bertaubat adalah Tay Hong Siang, seorang pengkhotbah keturunan Tionghoa, yang pernah menghuni pusat penjagaan Munson di Singapura bertahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 1903, Kepulauan Hindia Timur ini menjadi ladang misi bagi Australasian Union Conference.
- Pada tahun 1905, Immanuel Siregar, dari tanah Batak, menerima iman Advent setelah belajar Alkitab bersama R.W. Munson dan menjadi orang Indonesia pertama yang bertaubat. Dia kemudian kembali ke Sumatera Utara, tanah Batak yang masih kanibal, sambil membawa pekhabaran itu bagi sukunya.
Selamat Hari Sabat!
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan