Ahad, 25 November 2018

Cerita Mission Dewasa  Sabat 9, 01 Disember 2018



Cerita Mission Dewasa
Sabat 9, 01 Disember 2018

DIRACUNI OLEH SEORANG IBU

Oleh : Desi Natalia Ango, 21 Tahun

Indonesia

Desi Natalia Ango yang berumur 18 tahun pada masa itu, begitu gembira sekali ketika mendapat tugas untuk menjadi misionaris selama satu tahun di Limbong yang berada di sebelah selatan pulau Sulawesi di Indonesia.

Desi fikir bahawa dia akan ditempatkan di sebuah bandar besar. Tetapi ketika dia bersama rakannya tiba di pejabat konferens, mereka dihantar dengan sebuah kenderaan dalam perjalanan selama tiga jam. Kemudian mereka menumpang motorsikal selama lima jam di atas bukit. Jalan raya yang dilalui sangat licin, dan Desi sering terjatuh dari motorsikal.

Ketika perjalanan itu berakhir, para remaja wanita itu baru tahu bahawa mereka masih meneruskan pendakian selama lapan jam. Tetapi terlebih dahulu, mereka terpaksa berhenti di sebuah pejabat kerajaan di hujung jalan itu untuk mendapatkan keizinan mendaki bukit atau gunung tersebut.

Beberapa orang dari Limbong berada di pejabat dan mereka dengan senang hati menghantar Desi ke kampung dan mengumumkan berita baik itu.

Ketika para misionaris muda itu tiba, penduduk kampung menyambut mereka dengan upacara tradisional. Seekor ayam muda berbulu dan berkaki hitam dibakar, direbus, dan dihidangkan kepada para tetamu. Sedangkan penduduk kampung sendiri hanya menyantap daging ayam yang biasa sahaja.

"Kami tidak dapat berkomunikasi dalam bahasa mereka dan tidak memahami apa yang mereka katakan," kata Desi.

"Kami tidak tahu apa yang harus dilakukan."

Yang lebih penting lagi, dia tidak tahu bagaimana memperdengarkan kisah Yesus. Dia bersama rakannya berpuasa dan berdoa selama dua hari.

Charcoal (Arang Bubuk) Dan Pepaya

Pada hari kedua, seorang wanita dari kampung meminta pertolongan. Dia membawa dua misionaris itu kepada ibunya, Indo Reko, yang terlantar sakit di tempat tidur. Wanita tua itu menderita kerana pendarahan, seperti kisah wanita yang disembuhkan Yesus dalam Markus 5:25-34. Para misionaris itu tidak memiliki pengalaman  dalam perubatan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tetapi mereka memiliki charcoal, dan mereka mencampurkan dua sudu arang bubuk itu dengan air dan meminta izin untuk berdoa.

"Kami berdoa : Tuhan, kami percaya bahawa Engkau dapat menyembuhkan wanita ini dengan charcoal"' doa Desi.

"Tetapi kami berfikir: Apakah lagi yang dapat kami lakukan.

Mereka memutuskan untuk menghubungi kampus 1,000 Missionary Movement, organisasi yang mengirimkan mereka ke kampung itu. Untuk mendapatkan isyarat telepon bimbit, mereka terpaksa mendaki beberapa jam lagi ke atas gunung. Panggilan telepon itu berjaya, dan seorang penjaga dari kampus memberi saranan kepada para remaja wanita itu untuk mencampurkan sebuah betik kecil—beserta bijinya—dengan sebuah pisang berukuran sederhana, dan memberikannya kepada Indo.

Kembali ke rumah Indo, Desi memberitahukan wanita itu: "Kami adalah orang Kristen, dan percaya bahwa Yesus akan menolong Anda. Jika Anda makan ini, Anda akan menjadi lebih baik."

Kedua misionaris itu memberikan campuran betik dan pisang itu kepada Indo setiap hari selama 30 hari. Mereka juga mengajarnya supaya tidak memakan makanan haram. Ketika waktu sebulan itu berakhir, pendarahan ibu itu berhenti dan Indo pun sembuh.

Peringatan tentang Racun

Penduduk kampung menghargai pertolongan itu, dan mereka mulai memberikan nasihat-nasihat. Satu persatu mereka memberitahukan para misionaris itu untuk menjauhii sebuah rumah di kampung itu.

"Jangan pergi ke sana kerana kamu akan diracuni," mereka memberi peringatan.

Para misionaris mengabaikan nasihat itu kerana percaya bahawa Tuhan mengirim mereka ke semua keluarga di kampung itu.

Ketika mereka mengetuk pintu rumah itu, seorang wanita berusia 30 tahun menyambut mereka dengan sukacita dan segera menawarkan makanan dan minuman.

Desi menatap ubi kayu dan jagung ungu itu dan menoleh kepada rakan misionarisnya.

"Kamu duluan," katanya. Rakannya menyiku dan berkata:" Tidak, kamu duluan."

Desi bertanya kepada wanita itu, yang dikenali sebagai Mama Wandi, apakah mereka boleh berdoa bersama sebelum makan.

"Kami orang Kristen," kata Desi.

"Kami percaya pada doa dalam segala sesuatu yang kami lakukan."

Setelah berdoa, dua orang wanita itu menyantap makanan yang disajikan dan tidak terjadi apa-apa.


Mama Wandi mengundang para misionaris itu untuk datang pada keesokan harinya dan menghidangkan mereka makanan lagi. Mereka berdoa dan tidak ada hal buruk yang terjadi. Hal ini terjadi setiap hari selama dua minggu. Akhirnya, Mama Wandi berkata kepada orang kampung itu: "Para misionaris ini bukan orang biasa. Saya sudah meracuni makanan mereka selama dua minggu tetapi mereka masih  tidak sakit!"

Kisah ini tersebar ke seluruh kampung bahawa para misionaris ini kebal terhadap racun, dan ramai orang yang datang kepada mereka untuk mendengar cerita tentang Tuhan mereka.

Desi sekarang berusia 21 tahun dan sedang belajar dalam bidang Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Klabat, sebuah sekolah Advent di hujung utara pulau Sulawesi. Dia berharap dapat kembali ke kampung itu setelah menamatkan pengajian dan membuka sebuah sekolah tadika. Dia telah berkunjung ke sana selama beberapa kali sejak kunjungannya yang pertama, dan dia sangat gembiea kerana Mama Wandi sekarang sedang belajar Alkitab.

"Satu hal dari Alkitab yang sungguh menguatkan kami sepanjang tahun itu adalah Ayub 42:2, yang berbunyi: 'Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal kata Desi. "Tuhan benar-benar dapat melakukan apa saja."

Terima kasih untuk persembahan misi Anda yang menyokong pekerjaan penginjilan para misionaris di seluruh dunia.

Selamat Hari Sabat!
01 Disember 2018



Tiada ulasan:

Catat Ulasan